Langsung ke konten utama

Sakit Hati

Perasaan haus akan maaf mulai membasahi sekujur tubuhnya. Rasa sakit hati terus didengungkannya. Bersujud dikakinya seolah sebuah prestise untuknya. Permintaan maaf kami menjadi hal yang wajib baginya. Baginya setitik noda dihatinya merupakan hal yng harus dihilangkan secepatnya. Tetapi borok yang selalu ia tebarkan kepada kami luput dari pandangannya.

Kami lelah. Mungkin diantara kami hanya akulah yang paling merasakannya.Aku sudah lelah menutupi semuanya, karena semakin hari kau menganggap kau diatas segalanya. Kali ini biarkan aku sampaikan sedikit curahan hati remaja labil ni, yang kali ini berada dipuncak emosinya. Maaf jika aku menyinggung mu, aku tak bermaksud. Aku hanya ingin mengeluarkan keluh kesahku yang tak pernah tersampaikan karena keegoisanmu.

Kau sangat angkuh, terlepas dari segala kebaikanmu untuk kami. Kau orang yang licik terpaku keinginan yang teramat. Kau orang yang paling ikut campur dalam urusan yang menimpa kami. Aku benci kau. Terlebih untuk hari ini.

Aku benci hari ini! Aku benci hari ini! Hari dimana uang telah berkicau menertawai kami. Hari dimana harga diri kami tak terlihat lagi oleh indrawi. Hari dimana kekuasaan membeli hati ibu kami. Tapi tunggu dulu tidak semua dari kami dapat kau taklukan. Disini aku berdiri seorang diri, bangkit dari jajahan perasan hati.

Tapi tunggu dulu bu, mungkin kami tak sepenuhnya harus seperti ini. Uangmu, tak mampu membeli semua perasaanku dan kebenaran. Sakit hatimu bukan kami yang ciptakan

Ditulis di Bandung
14 Maret 2016
Dengan perasaan kesal dan marah 

Komentar